Dalam hitungan hari, masyarakat Indonesia akan berkesempatan untuk melihat gerhana bulan total.Fenomena alam yang akan terjadi pada tanggal 28 Juli 2018 disebut juga Micro Blood Moon karena Bulan akan berubah warna menjadi oranye atau merah, saat melewati titik bayangan tergelap Bumi dan Fase apogee (terjauh dari Bumi) saat gerhana juga menyebabkan Bulan terlihat lebih kecil dari biasanya atau disebut mini moon.
Hal ini dijelaskan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Astrofisikawan Thomas Djamaluddin. Berubahnya warna Bulan menjadi kemerahan ini karena atmosfer Bumi memfilter dan membiaskan cahaya Matahari. Saat fenomena alam itu berlangsung, jarak antara Bumi dan Bulan bisa mencapai 406.000 km, lebih jauh dari jarak rata-rata yang biasanya mencapai 384.000 km.
Gerhana Bulan total ini juga akan menjadi yang terlama di abad ini, karena Bulan sedang berada di titik apogee, sehingga membutuhkan proses gerhana yang lebih lama.
Faktor lain yang memainkan peran dalam durasi gerhana adalah jalur yang diambil Bulan saat melewati bayangan Bumi.
Gerhana bulan total atau Micro Blood Moon yang sama diperkirakan baru akan berlangsung tak kurang dari 104 tahun lagi.
Gerhana Bulan adalah peristiwa ketika sebagian atau seluruh penampang Bulan tertutup bayangan Bumi.
Ini terjadi karena Matahari, Bumi dan Bulan berada dalam satu garis lurus.
Dikutip dari United States Weather, Bulan akan lewat hampir secara langsung melalui tengah bayangan Bumi, sehingga memaksimalkan waktu yang dihabiskan satelit tersebut dalam kegelapan.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara (LAPAN) gerhana bulan total akan melintasi wilayah Indonesaia dengan empat keistimewaan, yaitu :
Adapun jadwal lengkap gerhana Bulan total atau Blood Moon terlama pada 28 Juli 2018, sebagaimana dikutip dari timeanddate.com adalah sebagai berikut :
Sumber : TribunJogja.com